Sejarah Singkat Kerajaaan Islam Samudera Pasai
Oleh: Syahrul Rahmat
I.
SEJARAH.
Kerajaan ini didirikan oleh seorang yang bernama Meurah Silu yang
ketika mendirikan kerajaan ini berganti nama menjadi Sultan Malik Al-Shaleh. Kerajaan
ini didirikan pada tahun 1267 M. Daerah Kerajaan Samudra Pasai terletak di
kawasan pesisir timur Aceh atau sekarang daerah Lhoksmawe.
Sultan Malik Al-Shaleh memerintah selama 29 tahun (1297 – 1326).
Bukti-bukti tentang sejarah kerajaan ini dapat kita saksikan dengan berbagai
peninggalan yang ada, seperti makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong Aceh
Utara. Makam ini terletak di desa Beuringin, kecamatan Samudra, sekitar 17 km
sebelah timur Lhoksmawe. Disana dapat ditemukan makam Malik Al-Shaleh sebagai Raja
Pasai pertama. Penemuan lainnya ialah koin-koin perak yang tertera nama rajanya
yang memerintah kala itu.
Pada tahun 1345 seorang pegembara dari Maroko yang bernama Abu
Abdullah Ibn Bathutah pernah menuliskan tentang keadaan daerah yang ia kunjungi
dalam bukunya yang berjudul Rihlah Ilal Masyriq (perjalanan ke timur).
Saat kembali ke negerinya Ibnu Bathutah menceritakan bahwa adanya sebuah negeri
yang bernama Samatrah (samudra) yang mana sang sultan menyambut kedatangannya
dengan ramah dan penduduknya menganut Mazhab Syafi’i. Sedangkan dari
pengembaraan Marcopollo ia pernah mencatat beberapa kerajaan yang ada di pantai
timur Sumatra seperti Ferlac (Perlak), Basma dan Samara (Samudra).
Hal-hal di atas membuktikan bahwa Kerajaan Samudra Pasai telah ada
sejak abad ke-13, sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara dengan rajanya
Sultan Malik Al-Shaleh sebagai raja muslim pertama.
II.
PEMERINTAHAN, PEREKONOMIAN
dan KEBUDAYAAN.
Dalam sistim pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar,
dan kadi. Untuk menyebut anak sultan baik itu perempuan maupun laki-laki digunakan
istilah Tun, istilah ini juga digunakan untuk memanggil para petinggi
kerajaan. Kesultanan Samudra Pasai juga memiliki beberapa kerajaan bawahan yang
mana pemimpinnya juga disebut dengan panggilan sultan. Diantara kerajaan yang
menjadi bawahan dari Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Perlak yang ditaklukkan
oleh Sultan Muhammad Malik Az-zahir dan Kerajaan Pedir yang ditaklukkan oleh
Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat perdagangan yang maju kala
itu. Hal ini dikarenakan banyaknya kapal-kapal dagang asing yang singgah di
sana, seperti dari Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Sebagai sebuah Bandar
perniagaan yang cukup besar, maka Kerajaan Pasai mengeluarkan mata uang emas
yang disebut dengan deureuham
(dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm,
mutu 17 karat dan berlaku sebagai alat tukar yang sah di kerajaan tersebut.
Selain berdagang, sebagian besar sumber mata pencaharian masyarakat
kalaa itu adalah sebagaim petani dengan menanam padi yang di panen dua kali
dalam setahun, tanaman lada dan beberapa tanaman palawija lainnya. Lain dari
pada bertani sebagian masyarakat lainnya ada pula yang berternak sapi perah
untuk menghasilkan keju.
Pasai merupakan sebuah kerajaan besar sebagai pusat perdagangan dan
perkembangan agama islam. Maka dari para pendatang yang datang dari berbagai
daerah masyarakat mulai mengenal tulisan. Dari huruf arab yang dibawa oleh
pendatang dari dunia kawasan arab, beberapa penduduk pribumi mulai mencoba
menulis beberapa karya mereka menggunakan huruf arab dengan bahasa melayu.
Inilah yang kemudian kita kenal dengan aksara jawi.
Diantara karya yang ditulis menggunakan aksara ini adalah Hikayat
Raja Pasai yang mana bagian awal teks ini mulai dituli sekitar tahun 1360 M.
Aksara kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdul Rauf Singkil untuk menuliskan
buku-bukunya.
Kerajaan pasai juga mempunyai jaringan dengan kerajaan-kerajaan
lain seperti ke daratan Cina, dari sumber Cina memang pernah disebutkan bahwa
utusan kerajaan Pasai pernah mengirim upeti. Dari sumber lain juga ditemukan
bahwa Sultan Pasai pernah mengirimkan upeti ke daerah Quilon di daerah India
Barat pada tahun 1282 M. hal ini membuktikan bahwa Kerajaan Pasai sudah
memiliki jaringan yang luas dengan kerajaan luar.
III.
AKHIR
PEMERINTAHAN.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Samudra
Pasai. Yang pertama adalah faktor Internal, pada akhir-akhir masa
pemerintahannya terjadi perang saudara.
Sedangkan faktor kedua adalah faktor eksternal. Pada tahun 1331 M
Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit oleh Raja Tribuana Tunggadewi.
Dengan Sumpah Palapa yang pernah diucapkannya, maka Gajah Mada menggempur
Samudra Pasai yang maju pesat dan beragama islam. Pada tahun 1350 M Gajah Mada
berhasil menduduki Kerajaan Samudra Pasai.
Selain dari dua faktor di atas, juga terjadi perbedaan pendapat
perihal runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai. Prof. Dr. Musrifah Sunanto dalam
bukunya yang berjudul Sejarah Peradaban Islam meyebutkan bahwa Kerajaan
Samudera Pasai runtuh akibat serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1350 M
lalu digantikan oleh Kerajaan Malaka sampai akhirnya dihancurkan oleh Portugis.(2007:24).
Sedangkan
Dr. Badri Yatim, M.A dalam buku yang ditulisnya Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II yang dikutipnya dari Taufik Abdullah (Sejarah Umat Islam
Indonesia) disebutkan bahwa kerajaan
Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M setelah tahun 1521 M diduduki
oleh Portugis. Selanjutnya Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Aceh Darussalam Yang berpusat di Banda Aceh (2010:208).
Soekmono,
2006. Sejarah Pengantar Kebudayaan Indonesia 3, Yogyakarta : Kanisius
Sunanto,
Musyrifah, 2007. Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali
Press
Yatim
Badri, 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
Jakarta: Rajawali Press
http://aneukagamaceh.blogspot.com/2009/01/kerajaan-samudera-pasai-aceh.html
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Samudera_Pasai&action=edit
http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/kerajaan-samudra-pasai.html
http://yudatfort814.blogspot.com/2012/01/ketika-kerajaan-samudera-pasai.html