Pekerja di Lubang Suro, Sawahlunto
"Selain barang mewah, para napi juga kedapatan menyimpan uang mencapai ratusan juta rupiah, kata Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Budi Utami melakukan sidak di Lapas Sukamiskin, Minggu (22/7) malam. (Detik.com)"
Kehidupan
di penjara barangkali akan memberikan gambaran yang horor lagi sadis bagi
setiap orang yang mendengarnya. Betapa tidak, pada film Sengsara
Membawa Nikmat yang mulai ditayangkan oleh TVRI pada tahun 1991,
kehidupan penjara tidaklah begitu indah. Sandy Nayoan yang saat itu memainkan
tokoh Midun terpaksa harus mendekam di penjara lantaran perselisihannya dengan
Kacak (tokoh antagonis dalam cerita tersebut). Ketika berada di penjara, Midun
menerima intimidasi dan bahkan terpaksa harus terlibat perkelahian dengan
tawanan lain.
Dalam film The Shawshank Redemption (1994) karakter Andy Dufresne pun tak dapat
menjalankan hukuman dengan baik. Bogs yang menjadi pimpinan gang The Sisters, penguasa di Shawshank tak henti-hentinya
mengintimidasi Andy dengan tindak kekerasan. Bahkan
pada salah satu tindak kekerasan yang diterimanya dari pimpinan gang tersebut,
Andy malah berakhir di rumah sakit.
Akan tetapi hal tersebut merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam film, sangat berbeda dengan apa yang pemberitaan yang beredar di media masa belakangan ini. Pada pemberitaan tersebut, beberapa oknum narapidana menjalani kehidupannya dengan bahagia di balik jeruji besi. Kehidupan tersebut tentunya ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang cukup baik, bahkan lebih baik dari pada fasilitas kos-kosan mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri untuk membangun bangsa.
Akan tetapi hal tersebut merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam film, sangat berbeda dengan apa yang pemberitaan yang beredar di media masa belakangan ini. Pada pemberitaan tersebut, beberapa oknum narapidana menjalani kehidupannya dengan bahagia di balik jeruji besi. Kehidupan tersebut tentunya ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang cukup baik, bahkan lebih baik dari pada fasilitas kos-kosan mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri untuk membangun bangsa.
Pada sidak yang dilakukan oleh Dirjen PAS Kemenkumham ke Lapas Sukamiskin Jawa Barat beberapa waktu lalu, beberapa temuan berhasil menohok ulu hati jajaran anak kos yang tersebar di seluruh Indonesia. Dua truk barang mewah berhasil disita, mulai dari dispenser, televisi, kulkas, pendingin ruangan, pemanas nasi dan bahkan uang hingga ratusan juta rupiah. Sangat berbanding terbalik dengan fasilitas anak kos yang harus rela tidur berpanas-panasan, numpang masak nasi di ricecooker teman sebelah hingga nonton tv di warung pinggir jalan.
Tak lepas dari situ, bahkan sempat-sempatnya lapas tersebut menyediakan saung. Saung guys, bayangin, sauung, kayak temapt pikni aja. Barangkali kehidupan di penjara harus dinetralisir dengan nyantai di saung tiap pagi dan sore, sambil menikmati seduhan arabica ditemani sepiring biskuit dengan ditemani alunan musik jazz. Ah, bahagianya.
Kalau cuaca panas tinggal ambil batu es untuk kemudian dicampur ke dalam gelas berisi minuman penambah energi. Kalau bosan tinggal hidupin televisi dan menonton sinetron dan berbagai tayangan konyol, tentu saja sambil ngemil kacang polong yang sebelumnya sudah diselundupkan. Kalau cemilannya habis tinggal pesen, kan duitnya juga udah diselundupin.
Sekalipun demikian, sangat disayangkan mereka yang mendekam dan terlena dengan fasilitas tersebut tidak dapat berkontribusi untuk bangsa. Dari lubuk hati yang paling dalam, lebih dalam dari pada cinta remaja-remaja alay kepada idola kpop, narapidana tipikor tersebut hendaknya diberikan kesempatan berbakti untuk negeri. Tak usah muluk-muluk, cukup beri mereka peluang untuk membangun, ya, benar-benar membangun.
Program Nawacita Presiden Jokowi saat ini sebenarnya menjadi peluang bagi mereka untuk ikut membangun bangsa. Pembangunan jembatan dan jalan gencar dilakukan diberbagai daerah pelosok Indonesia. Dalam hal ini, kontribusi mereka tentu saja bukan sebagai pihak yang memegang tender atau pun yang mengatur lalu lintas keuangan proyek, melainkan menjadi pekerja, takutnya kebiasaan menyimpan sebagian duit proyek akan kembali kambuh.
Sebagaimana yang pernah dipraktikan oleh Belanda di kawasan Hindia selama masa kolonialisasinya, para narapidana dipaksa untuk bekerja. Kerja, kerja, kerja dan kerja. Hasil kerja paksa tersebut tentu saja memberikan keuntungan yang banyak bagi mereka.
Pada masa-masa tersebut, para narapidana kerja paksa dikirim ke berbagai daerah di Hindia untuk membantu mereka dalam mengerjakan proyek-proyek besar. Mereka menjalani kerja paksa di luar daerah dengan bekerja pada proyek-proyek, seperti tambang batu bara di Sawahlunto (Ombilin), proyek pembuatan jalan di Sumatera Tengah, Aceh, Tapanuli, Ambon, Sulawesi, Bali, dan berbagai daerah lainnya.
Tidak hanya itu, saat terjadi peperangan antara pihak Belanda melawan pribumi, keberadaan tahanan juga menjadi keuntungan tersendiri bagi mereka. Sebagai contoh, pada perang Sabil yang terjadi antara Belanda melawan Aceh, mereka dimanfaatkan sebagai pemikul perbekalan serta peluru.
Nah, seandainya hal tersebut juga terfikir oleh pemerintah saat ini, bukan dengan niat untuk berlaku kejam, akan tetapi lebih kepada niat untuk menfasilitasi narapidana tipikor tersebut untuk membaktikan diri kepada bangsa. Alangkah bermanfaatnya jika anggaran yang digunakan untuk mengupah para pekerja dalam membangun fasilitas publik di negeri ini dapat diirit. Sebab para terpidana tersebut pasti ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat, memberikan kontribusi kepada negara yang mereka cintai ini.
Bahkan mereka juga sangat potensial untuk dikirim ke luar negeri menjadi sukeralawan. Membantu petugas perdamaian sebagi juru masak pada kamp-kamp prajurit, bahkan mereka juga berkesempatan untuk membantu negara-negara miskin untuk bisa hidup layak dan sehat. Semoga Allah memberikan pahala yang besar bagi mereka nantinya dan yang paling penting adalah semua itu dilakukan secara sukarela alias graaaaatis tis tis tis tis, tanpa bayaran.
Seandainya hal tersebut dapat terealisasi, masih ada beberapa hal yang menarik untuk terus diikuti, yaitu Drama Papa. Pada kegiatan yang harusnya bertema Napi Tipikor Berbakti Untuk Bangsa tersebut, Papa tetap menjadi pemeran utama yang tidak boleh luput dari perhatian. Papa yang telah memulai debutnya pada Drama Minta Saham, Drama Tiang Listrik, Drama Benjolan Bakpao hingga terakhir Drama Sel Pinjaman, dapat dipastikan akan memainkan drama baru.*