Masuknya agama Hindu dan Buddha ke
Indonesia memberikan banyak pengaruh
terhadap kebudayaan yang ada. Setelah masuk dan berkembang selama beberapa abad
di Nusantara, yakni lebih kurang 9 abad menjelang masuknya ajaran Islam.
Seluruh aspek kebudayaan Hindu dan Buddha telah melekat pada kehidupan
sehari-hari masyarakat di Nusantara.
Masuknya ajaran Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 memberikan
perubahan besar terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya. Islam adalah sebuah
ajaran yang dapat diterima dengan gamblang oleh masyarakat Indonesia pada masa
itu. Salah satu penyebab agama Islam dapat diterima dengan mudah adalah karena
Islam adalah agama yang tidak mengenal kasta atau tingkatan, sedangkan agama Hindu
membagi masyarakatnya menjadi beberapa kasta atau membedakan antara golongan tinggi (kaya atau
memiliki kekuasaan) hingga golongan rendah (budak atau pesuruh).
Ketika agama Islam berkembang di
Nusantara, banyak masyarakat yang mayoritas agamanya adalah Hindu atau Budha
berpindah agama menjadi Islam. Karena sebelumnya masyarakat Nusantara telah
kental dengan ajaran Hindu dan Buddha, maka secara tidak langsung
kebudayaan-kebudayaan itu masih melekat dalam kehidupan sehari-hari setelah
memeluk agama Islam.
Proses penanaman kebudayaan islam pada
masyarakat di Nusantara tidak dapat berjalan secara utuh. Hal ini disebabkan
oleh kebudayaan Hindu sudah melekat atau mendarah daging dalam kehidupan
mereka. Selanjutnya yang terjadi ialah proses akulturasi budaya, yaitu masuknya
suatu kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan lama. Meskipun tidak semua
kebudayaan Hindu yang melekat pada kebudayaan islam, paling tidak ada beberapa
kebudayaan Hindu yang masih dilakukan oleh masyarakat islam hingga saat ini.
Beberapa kebudayaan itu ialah dalam bidang bahasa dan sastra, arsitektur bangunan, agama, dan seni
Dalam bidang seni, salah satu kebudayaan
Hindu yang ada hingga sekarang ialah wayang yang berasal dari daerah India.
Pada masa penyebaran Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, beliau
menggunakan wayang sebagai sarana syiar agama islam.
Pada kebudayaan masyarakat Minangkabau
dapat kita ambil beberapa contoh pengaruh kebudayaan Hindu, seperti dalam
bidang Bahasa, ritual keagamaan dan arsitektur bangunan. Dalam bidang bahasa
dapat kita ambil contoh dari segi pemberian nama kepada anak. Di Minangkabau
dahulunya pemberian nama kepada seseorang dihubungkan dengan alam, seperti nama
ibu dari Tuanku Nan Renceh ialah Upiak Jilatang. Sejak datangnya pengaruh dari
kebudayaan Hindu banyak kita temui nama yang berasal dari Bahasa Sangskerta
seperti nama Dewi, Tri, Sinta, Rama dan lain-lain.
Dalam ritual keagamaan yang dilakukan
oleh masyarakat islam saat ini khususnya yang ada di wilayah Minangkabau, ada
beberapa yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Dalam acara kematian saat ini
dapat kita saksikan danya peringatan 3 hari, 10 hari, dst. Saat acara selamatan
(mando’a) masyarakat membakar kemenyan yang pada masa Hindu digunakan
sebagai pengantar seserahan.
Sedangkan di wilayah Jawa sendiri,
terdapat beberapa ritual, seperti ritual Gerebeg Maulud yang diadakan setiap
tahunnya di Yogyakarta, dan beberapa ritual lain, seperti Kirab yang diadakan
sebagai sarana untuk buang sial. Serta ritual penghanyutan beberapa hasil bumi
ke lautan atas ucapan rasa syukur dari hasil panen.
Pengaruh lainnya ialah dari segi
arsitektur bangunan. Pembangunan atap mesjid yang ada di Minangkabau adalah
salah satunya. Konstruksi atap mesjid yang berundak atau bertingkat-tingkat
bukan merupakan hasil dari kebuyaan masyarakat Minangkabau sendiri. Hal ini
merupakan sebuah proses akulturasi kebudayaan dari Hindu, yaitu proses
pencampuran budaya tanpa menghilangkan kebudayaan sebelumnya.
Salah satu dari ciri arsitektur Hindu
ialah berundak, yang dapat kita saksikan pada candi-candi yang ada di
Indonesia.Arsitektur ini kemudian mempengaruhi pembangunan sesudahnya.
Arsitektur semacam ini dapat kita lihat pada pembangunan Mesjid Kudus yang
dibangun oleh Ja’far Shadiq atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.
Yang paling unik dan menonjol pada
bangunan Mesjid Kudus ialah sebuah menara yang berada di sisi timur bangunan
mesjid yang menggunakan arsitektur candi Hindu. Selain bentuk menara, pola
arsitektur Hindu juga dapat kita saksikan pada
gerbang atau gapura mesjid dan lokasi wudhu’ yang pancurannya dihiasi
ornament khas Hindu.
Dari berbagai pengaruh Hindu di atas
bukan berarti masyarakat Islam Indonesia masih mempercayai Agama Hindu sebagai
sebuah kepercayaan, akan tetapi itu merupakan sebuah akulturasi budaya yang tak
dapat dihapuskan dari kebiasaan masyarakat Indonesia
karena sudah mendarah daging. Hal ini dikarenakan kebudayaan Hindu yang sudah
berkembang selama lebih kurang sembilan abad di bumi Nusantara.
0 comments:
Post a Comment
Komennya harap yang Sopan ^_^