Sejarah Berdiri
Setelah
kematian Iskandar Shah atau Iskandar Lodi pada tahun 1577 M, pemerintahan
Dinasti Lodi selanjutnya dipegang oleh anaknya Ibrahim Lodi (Maidir Harun, 199: 2002). Ibrahim Lodi merupakan seorang yang ahli dalam bidang kemiliteran, akan tetapi
memiliki kelemahan dalam bidang adrimistrasi pemerintahan. Sehingganya, selama
masa pemerintahannya ia hanya sibuk memperkukuh kedudukannya dan menganggap
dirinya orang yang mulia. Pada masa pemerintahannya, Dinasti Lodi menderita
krisis yang berkepanjangan, apalagi hubungannya dengan pamannya Pangeran Alam
Khan tidak baik. Dalam persengketaannya dengan Ibrahim Lodi, Pangeran Alam Khan
yang waktu itu bekerja sama dengan Gubernur Lahore meminta bantuan kepada
Zahiruddin Babur untuk menggulingkan kekuasaan Ibrahim Lodi.
Hal
ini di sambut baik oleh Zahiruddin Babur yang memang sudah lama bertekad untuk
menaklukkan kekuasaan Dinasti Lodi. Zahiruddin Babur adalah seorang keturunan
Bangsa Mongol yang mempunyai garis keturunan langsung dari Jengis Khan penguasa
Mongol. Ia adalah anak dari seorang penguasa Ferghana yang bernama Syekh Umar
bin Abi Sa’id atau Umar Mirza. Dia mewarisi daeah Ferghana dari ayahnya ketika
ia berumur 11 tahun.
Pada
tahun 1525 M Zahiruddin Babur mulai bergerak menuju Punjab dan dapat
menguasainya pada tahun itu juga. Pada tahun 1526 terjadi pertempuran antara
pasukan Zahiruddin Babur melawan pasukan Ibrahim Lodi, pertempuran itu terjadi
di Panipat sehingganya disebut dengan Perang Panipat I. Pada pertempuran ini Ibrahim Lodi bersama
puluhan pasukannya terbunuh.
Setelah
mengalahkan Ibrahim Lodi, Zahiruddin Babur bersama pasukannya mulai bergerak
memasuki Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M yang bertepatan dengan hari Jum’at
dengan resmi berdirilah Kerajaan Mughal dengan Zahiruddin Babur sebagai penegak
pemerintahannya.
Pemerintahan
Setelah
wafatnya Babur, kekuasaan selanjtnya dipegang oleh Humayun, dalam
pemerintahannya selama 9 tahun, ia banyak mendapat tantangan dalam memerintah,
pada masanya banyak terjadi pemberontakan. Beberapa pemberontakan dapat
dipadamkan akan tetapi ada juga pemberontakan yang akhirnya membuat Humayun
harus melarikan diri ke Kandahar. Pada tahun 1555 akhirnya Humayun dapat
kembali menduduki tahtanya setelah mengalahkan Sher Khan Shah (Badri Yatim:
2010, 148).
Politik
pemerintahan Dinasti Mughal mengalami kemajuan yang amat pesat adalah sejak
pemerintahan sultannya yang ketiga, yaitu Sultan Akbar. Akbar merupakan anak
dari Humayun, dia merupakan seorang sultan yang militaris dalam memimpin. Pada
masa pemerintahannya Mughal berhasil melakukan ekspansi wilayah kekuasaan.
Dalam pemerintahannya, Akbar menerapkan politik sulakhul atau politik Universal, yakni semua rakyat dipamdang sama,
tak ada pembedaan antara satu dan lainnya.
Kekuasaan
di daerah-daerah dipegang oleh seorang sipah
salar (kepala komandan), subdistrik dipegang oleh faujdar (komandan). Semua aspek pemerintahan mendapatkan bau
kemiliteran, mulai dari pusat hingga ke
daerah. Semua pejabat yang memerintah juga diwajibkan untuk ikut latihan
militer. Kekuatan kepemimpinan Dinasti Mughal hanya bertahan hingga tiga sultan
setelahnya, yaitu Jehangir, Shah Jahan dan Aurangzeb. Setelah ini tidak ada
lagi sultan yang memiliki kecakapan seperti mereka.
Ekonomi
Kemajuan
sektor perkonomian pada masa Dinasti Mughal ditunjang oleh sektor pertanian.
Beberapa hasil pertanian yang menjadi unggulan pada masa itu adalah
biji-bijian, kacang, sayur-sayuran, padi, rempah, tembakau, kapas dan lain-lain.
Hasil pertanian ini tak hanya digunakan di dalam negeri, akan tetapi juga di
ekspor ke wilayah Eropa, Afrika, Arabi, dan juga Asia Tenggara. Untuk
meningkatkan produksi industri, Sultan Jehangir mengizinkan Belanda dan Inggris
untuk mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian dan tekstil (Harun: 2002).
Kegamaan dan Ilmu Pengetahuan
Selain sebagai seorang yang militan, Akbar
juga dikenal sebagai seorang yang berhasil mempersatukan masyarakat Mughal
dengan cara keagamaan. Munculnya paham Din
Ilahi, hasil singkritisnya dari beberapa agama. Paham ini dapat di terima
oleh semua kalangan agama, sehingganya penganut Hindu dan Budha juga ikut
berpartisipasi dalam pemerintahannya (Bosworth: 1993). Akan tetapi paham Din Ilahi ini tak lagi diminati oleh sultan-sultan
setelah Akbar, para ulama juga menolak paham ini.
Ilmu
pengetahuan pada masa Dinasti Mughal ini
bisa dikatakan cukup berkembang,
pembahasan keilmuan yang paling marak di bahas adalah persoalan agama,
seperti perihal Aqidah, Syariah dan juga Fiqh. Aurangzeb selain sebagai sultan,
da juga dikenal sebagai seorang cendikiawan, dia juga menyusun sebuah buku
tentang risalah hukum islam yang dinamainya Fattawa
Alamgiri.
Pada
abad 17, dalam bidang ilmu kedokteran juga muncul seorang ahli yang membukukan
pemikirannya dengan judul karya Kedokteran Dara Sukuh. Karya ini merupakan
ensiklopedi kedokteran terakhir dalam islam.
Pada abad 18 ilmu kedokteran terus berkembang, Muhammad Syah Arzani dari
Shiraz membuat sebuah skala kedokteran. Perkembangan ilmu medis pada masa ioni
merupakan sebuah cabang ilmu medis berbentuk filosofi medis dengan memakai
pendekatan pada Allah (Sunanto: 2004)
Seni dan Arsitektur
Perkembangan
seni sastra dan kepenyairan telah dimulai pada masa sultan Akbar, karena
banyaknya para penyair yang diundang untuk datang ke istana. Beberapa penyair
diberikan jabatan kepemimpinan dan diberikan sebuah tempat dimana mereka bisa
latihan dan berkumpul, lengkap dengan peralatan musik modern seperti, gitar,
biola, terompet dan rebana.
Perkembangan
yang mencolok dalam bidang kesusasteraan adalah dengan munculnya seorang
penyair dan sastrawan yang bernama Malik Muhammad Jayazi dengan judul karyanya
Padmevad. Pada masa Aurangzeb juga muncul seeorang sejarawan yang bernama Abu
Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari. Karangan ini memaparkan
perihal kerajaan Mughal sesuai dengan figur pemimipinnya (Harun: 2002)
Kemajuan
bidang seni yang dapat kita nikmati saat ini adalah bidang seni dan arsitektur.
Pada masa Akbar, ia membangun istana Fatpur Sikri di daerah Sikri, Shah Jehan
membangun mesjid raya Delhi. Selain itu karya arsitektur yang paling monumental
itu adalah sebuah makam yang dibangun oleh
Shah Jehan untuk mengenang istrinya Mumtaz i Mahal yang wafata ketika
melahirkan pada tahun 1531 M. Taj Mahal dibagun dengan marmer putih dengan
warna serasi, bentuknya persegi empat dengan luas 100 x 100 m.
Keruntuhan
A. Faktor Interen.
1. Setelah
Aurangzeb tidak ada lagi pemimpin yang cakap dan tangguh. Hanya mereka yang
lemah saja, kehidupan mereka pun hanya berfoya-foya tanpa memikirkan
masyarakat.
2. Muncul
pemberontakan dari mayoritas Hindu dan lain-lain. Hal ini terjadi sebab
Aurangzeb yang merusak berhala dan kuil-kuil mereka.
3. Terganggunya
perekonomian karena banyaknya pemberontakan yang terjadi.
B. Faktor
Ekseteren.
1. Serangan
dari Persia di bawah pimpinan Nadir Syah, sehingga Mughal harus membayar tiap
tahunnya..
2. Serangan
dari bangsa Afghanistan di bawah pimpinan Ahmad Khan Durrani.
3. Datangnya
bangsa Inggris pada tahun 1858 M. Inggris masa itu sudah membawa peralatan
persenjataan yang canggih. Ditambah pula dengan penerapan politik Devida It Impera terhadap masyarakat
India yang Heterogen.
DAFTAR SUMBER
Bosworth,
C.E. 1993. Dinasti-dinasti Islam.
Bandung: Mizan.
Harun,
Maidir, Firdaus. 2002. Sejarah Peradaban
Islam. Padang: IAIN IB PRES
Sunanto,
Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik.
Jakarta: Prenada Media.
Yatim,
Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: Rajawali Pers.