Sunday, November 15, 2015

Front Palupuh: Perjuangan Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II


Palupuh merupakan sebuah kecamatan yang secara adrimistratif berada dalam lingkungan pemerintahan Kabupaten Agam. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Timur, bagian selatan berbatasan dengan Kota Bukittinggi, bagian timur berbatasan dengan Bukitbarisan dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Palembayan.
Keinginan Belanda untuk menduduki Indonesia kembali tercapai pada tanggal 19 Desember 1948. Beberapa pasukan penerbang Belanda mulai mendarat di Lapangan Maguwo dan terus menduduki wilayah Yogyakarta, yang masa itu merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan Indonesia (Rosihan Anwar: 1985). Beberapa saat setelah pendaratan, Soekarno selaku Presiden Indonesia ditangkap oleh Belanda. Akan tetapi tepat sebelum ditangkap, sempat dikirimkan surat kepada Mr. Syafroedin Prawiranegara yang menjabat sebagai mentri keuangan dan waktu itu sedang berada di Bukitinggi. Surat itu berisikan perintah agar dibentuknya suatu pemerintahan darurat, sebab wilayah Yogyakarta sudah diduduki oleh Belanda.

  Perjuangan Mobrig dan Masyarakat Palupuh.

1.         Masuknya  Mobrig ke Palupuh.
Setelah Yogyakarta diduduki pada tanggal 19 Desember 1948, Bukittinggi juga mulai dimasuki oleh Belanda. Setelah pada tanggal 18 Desember diintai, pada esoknya pesawat udara jenis Mustang mulai mengitari kota sambil menyebarkan selebaran yang berisikan bahwasanya  Belanda tidak lagi tunduk pada perjanjian Renville. Pada tanggal 20 Desember turunlah perintah dari atasan untuk mengosongkan markas Mobrig yang ada di kawasan Birugo untuk dipindahkan  ke daerah Jirek. Sedangkan bagian perlengkapan serta perbengkelan dipindahkan ke daerah Sipisang, Palupuh.
Pada tanggal 21 Desember, turun pula perintah untuk mengosongkan markas di jirek untuk kemudian dipindahkan ke Sipisang. Ketika masa pemindahan tersebut yakni tanggal 22, didapat berita bahwasanya Bukittinggi sudah jatuh ke tangan Belanda kemarennya, maka markas yang awalnya ada di Sipisang dipindahkan ke daerah Bateh Sariak. Yang mana pada masa itu langsung menjadi daerah pertahanan Mobrig Sumatera Barat dan menjadi Markas Sektor II daerah pertempuran Agam dengan komandan Inspektur Polisi I Amir Machmud. Sektor II ini kemudian dikenal dengan sebutan Front Palupuh (Bungo Rampai Peran Pelajar Pejuang Di Sumatera Tengah Selama Perang Kemerdekaan: 1996)

2.         Perjuangan Mobrig Bersama Masyarakat Palupuh.
Setelah dipindahkannya markas Mobrig ke daerah Bateh Sariak Palupuh, maka dimulailah pembentukan strategi dalam menghadapi  serangan Belanda. Waktu itu Mobrig di komandoi oleh 3 orang pimpinan Mobrig, yaitu Ajun Komisaris Besar Polisi Sulaiman Efendi yang masa itu menjabat sebagai Kepala Polisi wilayah Sumatra Tengah, Inspektur Polisi II Kaliansa Situmorang yang masa itu menjabat sebagai Komandan Polisi bagian Sumatra Barat, Inspektur Polisi 1 Amir Machmud yang masa itu menjabat sebagai Komandan perjuangan Front Palupuh.
Pada masa itu semua laki-laki yang sudah dianggap sanggup akan langsung turun bersama Mobrig untuk berperang. Untuk itu dipilihlah beberapa orang untuk mengomandoi pasukan yang berasal dari kalangan masyarakat. Beberapa orang itu diantaranya adalah Anwar Datuak Taman Batuah, Zainal Pakiah Muncak, dan Syafei. Meskipun mereka yang mengomandoi masyarakat untuk berperang melawan Belanda, akan tetapi posisi mereka tetap dalam suatu garis koordinasi dari Komandan Mobrig.
Setelah Bukittinggi diduduki oleh Belanda, mereka tetap melakukan pengejaran kearah utara, tepatnya ke arah tempat adanya markas Mobrig. Pada awalnya Belanda tidak pernah bisa memasuki daerah Palupuh, sebab mereka selalu gagal melewati garis pertahanan paling depan dari para pejuang Front Palupuh. Tempat beradanya pasukan Front Palupuh masa itu ada di atas bukit, yang sangat menguntungkan bagi mereka dalam mematahkan serangan dari tentara Belanda.
Setelah mencoba berulang-ulang, akhirnya pada suatu waktu pasukan Belanda berhasil melewati pertahanan tersebut. Akan tetapi para pejuang tidak mati akal menghadapinya. Setelah Belanda mulai memasuki wilayah palupuh, maka diputuslah jalan yang mereka lalui sebelumnya, dengan artian mereka terperangkap bersama para pejuang Front Palupuh.
Pasukan Belanda kemudian mendirikan pertahanan di daerah Pasar Palupuh sekarang, jumlah mereka kala itu lebih kurang 1 pleton pasukan dengan persenjataan lengkap. Selama mereka terperangkap, keseluruhan logistik mereka dipasok melalui udara. Selama mereka terperangkap tidak banyak yang dapat mereka lakukan, sebab masyarakat dan Mobrig yang tergabung kedalam pejuang Front Palupuh selalu melakukan penjagaan yang ketat. Dalam gerilya yang dilakukan, tidak jarang terjadi baku tembak antara pejuang Front Palupuh dengan Belanda.
Jika logistik untuk tentara Belanda dipasok melalui udara, untuk para pejuang front palupuh juga mendapat pasokan dari markas Mobrig. Akan tetapi sering tidak cukup, makanya disinilah semua masyarakat saling bahu-membahu dalam proses perperangan. Untuk makanan para pejuang yang tidak mendapatkan jatah dari markas Mobrig (pejuang yang berasal dari kalangan mayarakat sipil), makan mereka disediakan oleh masyarakat. Di dapur-dapur umum mereka saling bekerja sama dalam menyiapkan makanan.
Berhubung pertahanan yang ada di Palupuh ini ada karena sebelumnya terdesak karena penyerangan Belanda, maka untuk persediaan logistik sangatlah minim. Sebenarnya persediaan senjata masa itu mencukupi untuk semua pasukan, akan tetapi kendalanya ada pada amunisi. Untuk menyiasati hal tersebut, maka digunakanlah senjata tradisional, seperti badia balansa (senjata rakitan), bambu runcing, parang, dan lain-lain.
Selama perperangan, pernah terjadi kelengahan dari tentara Front Palupuh yang berjaga. Akibatnya tentara Belanda berhasil masuk ke perkampungan dann membunuh seorang anak dari masyarakat sipil. Dari pengepungan dan kontak senjata dengan tentara Belanda didapati korban meninggal dunia dari pihak Indonesia sebanyak 19 orang yang terdiri dari pejuang dan masyarakat sipil.
Sepanjang perperangan, jumlah pejuang dari kubu Front Palupuh adalah sebanyak 360 orang, yang kesemuanya terdiri dari pasukan Mobrig dan ditambah dengan masyarakat setempat. Selain itu terdapat 6 orang ABRI yang membantu perperangan, waktu itu mereka terpisah dari kesatuan mereka yaitu Kesatuan Harimau Kuranji yang berpusat di Padang. Hingga akhir perperangan mereka dikabarkan selamat.
Posisi pertahanan yang ada di Palupuh masa itu sebenarnya juga berfungsi sebagai basis pertahanan sekaligus penghalang. Selain dari Bukittinggi, sebenarnya waktu itu Belanda juga sudah bergerak dari arah utara. Maka dari pada itu, Palupuh merupakan basis penghalang untuk bersatunya tentara Belanda yang datang dari Padang yang kemudian menduduki Bukittinggi dengan tentara Belanda yang datang datang dari arah Medan yang kemudian memasuki wilayah Lubuk Sikapiang (Pasaman Timur).

 
Perjuangan Mobrig bersama masyarakat Palupuh yang tergabung pada sektor II dan kita kenal dengan Front Palupuh, sebenarnya memiliki arti yang penting masa itu. Selain dari mencegah bersatunya pasukan Belanda yang datang dari arah Pasaman dengan pasukan Belanda yang datang dari arah Buittinggi, mereka secara tidak langsung juga mencegah Belanda untuk menguasai PDRI. PDRI yang masa itu diketuai oleh Mr Syafroedin Prawiranegara. Mr Muhammad Hasan sebagai Wakil Ketua, dan beberapa menteri lainnya, seperti Mr. Rasyid, Ir. Indracahya, Sitompul, Lukman Hakim, dll (Purnama Suwardi: 2000).
Sebenarnya dengan melalui Palupuh dan terus ke Pagadih Belanda dapat dengan mudah mencapai Koto Tinggi yang masa itu pernah menjadi pusat pemerintahan PDRI. Akan tetapi dengan kuat dan gigihnya perjuangan dari para pejuang di Sektor II ini, maka kedudukan PDRI dapat terjaga dari Belanda yang ingin masuk melalui jalur Palupuh.
Berbagai macam pengorbanan terjadi disini, baik itu dari segi materi hingga pengorbanan nyawa. Terbukti dengan gugurnya 19 orang  pejuang dan warga sipil waktu itu. Untuk mengenang perjuangan tersebut, maka dibangunlah sebuah tugu yang merupakan hasil kesepakatan para pemuka masyarakat. Tugu ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1949. Dalam peringatan hari jadi Mobrig (sekarang Brimob) selalu diadakan upacara di tugu ini, guna mengenang perjuangan dan para pahlawan yang gugur masa itu. 

           
Daftar Sumber
Anwar, Rosihan, 1985. Musim Berganti, Sekilas Sejarah Indonesia, 1925-1950. Jakarta: Grafiti pers.
Bunga Rampai Peran Pelajar Pejuang Di Sumatera Tengah Selama Perang Kemerdekaan.  1996. Bandung: Angkasa.
Suwardi, Purnama, 2000. Sejarah Indonesia Modern Dalam Dialog. Jakarta: Cakrawala.
Wawancara dengan Bapak Damrizal, SH Datuak Gamuak. Pada hari Minggu, 23 Juni 2013, pukul 10.00 Wib.
Continue reading Front Palupuh: Perjuangan Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II

Saturday, April 6, 2013

,

Pengaruh Hindu- Buddha Terhadap Kebudayaan Masyarakat Indonesia


Masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia memberikan banyak  pengaruh terhadap kebudayaan yang ada. Setelah masuk dan berkembang selama beberapa abad di Nusantara, yakni lebih kurang 9 abad menjelang masuknya ajaran Islam. Seluruh aspek kebudayaan Hindu dan Buddha telah melekat pada kehidupan sehari-hari masyarakat di Nusantara.
  Masuknya ajaran Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 memberikan perubahan besar terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya. Islam adalah sebuah ajaran yang dapat diterima dengan gamblang oleh masyarakat Indonesia pada masa itu. Salah satu penyebab agama Islam dapat diterima dengan mudah adalah karena Islam adalah agama yang tidak mengenal kasta atau tingkatan, sedangkan agama Hindu membagi masyarakatnya menjadi beberapa kasta atau  membedakan antara golongan tinggi (kaya atau memiliki kekuasaan) hingga golongan rendah (budak atau pesuruh).
Ketika agama Islam berkembang di Nusantara, banyak masyarakat yang mayoritas agamanya adalah Hindu atau Budha berpindah agama menjadi Islam. Karena sebelumnya masyarakat Nusantara telah kental dengan ajaran Hindu dan Buddha, maka secara tidak langsung kebudayaan-kebudayaan itu masih melekat dalam kehidupan sehari-hari setelah memeluk agama Islam.
Proses penanaman kebudayaan islam pada masyarakat di Nusantara tidak dapat berjalan secara utuh. Hal ini disebabkan oleh kebudayaan Hindu sudah melekat atau mendarah daging dalam kehidupan mereka. Selanjutnya yang terjadi ialah proses akulturasi budaya, yaitu masuknya suatu kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan lama. Meskipun tidak semua kebudayaan Hindu yang melekat pada kebudayaan islam, paling tidak ada beberapa kebudayaan Hindu yang masih dilakukan oleh masyarakat islam hingga saat ini. Beberapa kebudayaan itu ialah dalam bidang bahasa dan sastra,  arsitektur bangunan, agama, dan seni
Dalam bidang seni, salah satu kebudayaan Hindu yang ada hingga sekarang ialah wayang yang berasal dari daerah India. Pada masa penyebaran Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, beliau menggunakan wayang sebagai sarana syiar agama islam.
Pada kebudayaan masyarakat Minangkabau dapat kita ambil beberapa contoh pengaruh kebudayaan Hindu, seperti dalam bidang Bahasa, ritual keagamaan dan arsitektur bangunan. Dalam bidang bahasa dapat kita ambil contoh dari segi pemberian nama kepada anak. Di Minangkabau dahulunya pemberian nama kepada seseorang dihubungkan dengan alam, seperti nama ibu dari Tuanku Nan Renceh ialah Upiak Jilatang. Sejak datangnya pengaruh dari kebudayaan Hindu banyak kita temui nama yang berasal dari Bahasa Sangskerta seperti nama Dewi, Tri, Sinta, Rama dan lain-lain.
Dalam ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat islam saat ini khususnya yang ada di wilayah Minangkabau, ada beberapa yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Dalam acara kematian saat ini dapat kita saksikan danya peringatan 3 hari, 10 hari, dst. Saat acara selamatan (mando’a) masyarakat membakar kemenyan yang pada masa Hindu digunakan sebagai pengantar seserahan.
Sedangkan di wilayah Jawa sendiri, terdapat beberapa ritual, seperti ritual Gerebeg Maulud yang diadakan setiap tahunnya di Yogyakarta, dan beberapa ritual lain, seperti Kirab yang diadakan sebagai sarana untuk buang sial. Serta ritual penghanyutan beberapa hasil bumi ke lautan atas ucapan rasa syukur dari hasil panen.
Pengaruh lainnya ialah dari segi arsitektur bangunan. Pembangunan atap mesjid yang ada di Minangkabau adalah salah satunya. Konstruksi atap mesjid yang berundak atau bertingkat-tingkat bukan merupakan hasil dari kebuyaan masyarakat Minangkabau sendiri. Hal ini merupakan sebuah proses akulturasi kebudayaan dari Hindu, yaitu proses pencampuran budaya tanpa menghilangkan kebudayaan sebelumnya.
Salah satu dari ciri arsitektur Hindu ialah berundak, yang dapat kita saksikan pada candi-candi yang ada di Indonesia.Arsitektur ini kemudian mempengaruhi pembangunan sesudahnya. Arsitektur semacam ini dapat kita lihat pada pembangunan Mesjid Kudus yang dibangun oleh Ja’far Shadiq atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.
Yang paling unik dan menonjol pada bangunan Mesjid Kudus ialah sebuah menara yang berada di sisi timur bangunan mesjid yang menggunakan arsitektur candi Hindu. Selain bentuk menara, pola arsitektur Hindu juga dapat kita saksikan pada  gerbang atau gapura mesjid dan lokasi wudhu’ yang pancurannya dihiasi ornament khas Hindu.
Dari berbagai pengaruh Hindu di atas bukan berarti masyarakat Islam Indonesia masih mempercayai Agama Hindu sebagai sebuah kepercayaan, akan tetapi itu merupakan sebuah akulturasi budaya yang tak dapat dihapuskan dari kebiasaan masyarakat Indonesia karena sudah mendarah daging. Hal ini dikarenakan kebudayaan Hindu yang sudah berkembang selama lebih kurang sembilan abad di bumi Nusantara.




Continue reading Pengaruh Hindu- Buddha Terhadap Kebudayaan Masyarakat Indonesia

Tentang Terminologi dan Pembabakan Waktu Dalam Sejarah


Apa itu Sejarah?
Dalam terminologi sejarah terdapat banyak pendapat ahli yang menjelaskannya, sebelum saya mengemukakan pendapat saya ada baiknya jika kita lihat dulu penjabaran akan terminologi sejarah menurut para ilmuan, seperti berikut :
a.         Menurut  E. Bernheim dalam Lehburch Der Historischen Methode Under Geschichtsphilosophie sejarah adalah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan peristiwa-perisriwa dalam waktu dan ruang yang dihubungkan dengan perkembangan aktivitas manusia (baik yang bersifat individu maupun yang bersifat kelompok) sebagai kehidupan masyarakat  dalam hubungan timbal balik antara rohaniah dan jasmaniah.
b.        Menurut H. Ruslan Abdul Gani dalam Sosialsme Indonesia  mengatakan bahwa sejarah adalah suatu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-jadiannya dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan.
c.         Menurut H. Muhammad Yamin dalam Tatanegara Majapahit Parwa I, sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan (sumber sejarah – sandaran sejarah).
Dari beberapa uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang dikatakan dengan sejarah adalah Suatu kejadian atau peristiwa pada masa lampau yang berhubungan langsung dengan manusia, baik itu individu maupun kelompok yang terjadi dalam kurun waktu dan tempat tertentu, dan kejadian tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan dan perkembangan kebudayaan manusia.

Pemababakan Waktu Dalam Sejarah.
Dalam mengkaji sejarah, salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah waktu, karena waktu merupakan salah satu unsur pokok dalam pembuktian suatu peristiwa itu merupakan sejarah atau bukan.
Apabila suatu peristiwa hanya terdiri dari tokoh atau pelaku sejarah serta tempat, sedangkan waktunya tidak diketahui secara jelas atau pasti, maka peristiwa tersebut dikategorikan sebagai dongeng atau legenda belaka.
Untuk mempermudah kita dalam mengkaji lmu Sejarah, dari segi waktu sejarah itu dibagi menjadi beberapa periode atau babak. Pembagian periodesasi ini merupakan inti dari cerita sejarah
Adapun tujuan dari pembabakan waktu dalam sejarah adalah :
a.          Untuk memudahkan kita memahami sejarah.
b.         Untuk penyederhanaan waktu.
c.          Untuk mengetahui peristiwa secara kronologis.
d.         Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan.
e.          Memudahkan klasifikasi ilmu sejarah.

       Ada beberapa faktor yang dijadikan kriteria dalam pembabakan sejarah, antara lain :
a.       Babakan waktu berdasarkan satuan waktu kronologis.
Suatu kecendrungan untuk menyusun babakan waktu atau periodesasi sejarah berdasarkan kriteria “satuan waktu secara kronologis”. Satuan waktu itu kemudian dibulatkan yaitu tahun dan abad. Sebagai contoh abad ke-16, abad ke-17, abad ke-18 dan seterusnya.
b.      Babakan waktu berdasarkan pergantian generasi.
Adapula kecendrungan untuk membuat periodesasi sejarah berdasarkan kriteria pergantian generasi. Pada umumnya pergantian generasi ditafsirkan berlangsung selama 25 tahun atau 30 tahun.
c.       Babakan waktu berdasarkan dinasti atau wangsa.
Babakan waktu yang disusun berdasarkan lama atau masa suatu dinasti berkuasa. Sebagai contoh pada sejarah China,
-          Masa Dinasti Shang (1450-1050 SM)
-          Masa Dinasti Chou ( 1050-247 SM)
-          Masa Dinasti Chin (256-207 SM)
-          Masa Dinasti Han (206 SM -220 M)
-          Masa Dinasti Sui (580-618 M)
d.      Babakan waktu berdasarkan perjuangan.
Sebagian sejarawan menyusun babakan waktu dengan melukiskan hasil perjuangan manusia. Sebagai contoh :
-          Zaman Pra-sejarah
-          Zaman Kebudayaan Kuno
-          Zaman Bangsa-bangsa Nomaden
-          Zaman Eropa Kuno
-          Zaman Romawi Kuno
-          Zaman Agama Budha
-          Dst....
e.       Babakan waktu berdasarkan evolusionisme.
Auguste Comte (1789-1857) seorang ahli sejarah dan filsafat penganut aliran positivisme mengadakan pembabakan sejarah dengan melukiskan gerak maju manusia menuju kesempurnaan hidup, sebagai berikut:
-          A Millitary – Theological stage : tingkat manusia yang menggantungkan nasip pada militer dan keagamaan.
-          A Critical – metaphysical stage : tingkat manusia berpikir secara kritis dan tidak mementingkan keadaan sekitarnya.
-          A Scientific – industrial stage : tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan industri.
f.       Babakan waktu berdasarkan proses integrasi.
Babakan waktu berdasarkan kriteria proses integrasi sangat cocok dengan pembabakan waktu sejarah di Indonesia. Karena proses intergrasi adalah sangat esencial bagi terbentuknya kesatuan geopolitik wilayah Nusantara.
Kalau disatu pihak ada kemajuan terus menerus dalam pembentukan kesatuan sebagai hasil proses integrasi, dipihak lain dapat dilacak adanya semacam pasang surut atau konjungtur dari bentuk integrasi tersebut.
g.      Konsep babakan waktu para sejarawan.

Daftar Bacaan
Chairusdi. 2004. Sejarah Kebudayaan Minangkabau, Padang : IAIN-IB Press.
Hugiono, Purwantana .1992. Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta : Rinneka Cipta.
Tamburaka, Rustam E . 1999.  Pengantar Ilmu Sejarah Teori filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan IPTEK, Jakarta : Rinneka Cipta.

Continue reading Tentang Terminologi dan Pembabakan Waktu Dalam Sejarah

Friday, December 14, 2012

Sejarah Singkat Kerajaaan Islam Samudera Pasai

 Sejarah Singkat Kerajaaan Islam Samudera Pasai

 Oleh: Syahrul Rahmat

I.     SEJARAH.
Kerajaan ini didirikan oleh seorang yang bernama Meurah Silu yang ketika mendirikan kerajaan ini berganti nama menjadi Sultan Malik Al-Shaleh. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1267 M. Daerah Kerajaan Samudra Pasai terletak di kawasan pesisir timur Aceh atau sekarang daerah Lhoksmawe.
Sultan Malik Al-Shaleh memerintah selama 29 tahun (1297 – 1326). Bukti-bukti tentang sejarah kerajaan ini dapat kita saksikan dengan berbagai peninggalan yang ada, seperti makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong Aceh Utara. Makam ini terletak di desa Beuringin, kecamatan Samudra, sekitar 17 km sebelah timur Lhoksmawe. Disana dapat ditemukan makam Malik Al-Shaleh sebagai Raja Pasai pertama. Penemuan lainnya ialah koin-koin perak yang tertera nama rajanya yang memerintah kala itu.
Pada tahun 1345 seorang pegembara dari Maroko yang bernama Abu Abdullah Ibn Bathutah pernah menuliskan tentang keadaan daerah yang ia kunjungi dalam bukunya yang berjudul Rihlah Ilal Masyriq (perjalanan ke timur). Saat kembali ke negerinya Ibnu Bathutah menceritakan bahwa adanya sebuah negeri yang bernama Samatrah (samudra) yang mana sang sultan menyambut kedatangannya dengan ramah dan penduduknya menganut Mazhab Syafi’i. Sedangkan dari pengembaraan Marcopollo ia pernah mencatat beberapa kerajaan yang ada di pantai timur Sumatra seperti Ferlac (Perlak), Basma dan Samara (Samudra).
Hal-hal di atas membuktikan bahwa Kerajaan Samudra Pasai telah ada sejak abad ke-13, sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara dengan rajanya Sultan Malik Al-Shaleh sebagai raja muslim pertama.

II.  PEMERINTAHAN, PEREKONOMIAN dan KEBUDAYAAN.
Dalam sistim pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar, dan kadi. Untuk menyebut anak sultan baik itu perempuan maupun laki-laki digunakan istilah Tun, istilah ini juga digunakan untuk memanggil para petinggi kerajaan. Kesultanan Samudra Pasai juga memiliki beberapa kerajaan bawahan yang mana pemimpinnya juga disebut dengan panggilan sultan. Diantara kerajaan yang menjadi bawahan dari Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Perlak yang ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Malik Az-zahir dan Kerajaan Pedir yang ditaklukkan oleh Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat perdagangan yang maju kala itu. Hal ini dikarenakan banyaknya kapal-kapal dagang asing yang singgah di sana, seperti dari Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Sebagai sebuah Bandar perniagaan yang cukup besar, maka Kerajaan Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dengan deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat dan berlaku sebagai alat tukar yang sah di kerajaan tersebut.
Selain berdagang, sebagian besar sumber mata pencaharian masyarakat kalaa itu adalah sebagaim petani dengan menanam padi yang di panen dua kali dalam setahun, tanaman lada dan beberapa tanaman palawija lainnya. Lain dari pada bertani sebagian masyarakat lainnya ada pula yang berternak sapi perah untuk menghasilkan keju.
Pasai merupakan sebuah kerajaan besar sebagai pusat perdagangan dan perkembangan agama islam. Maka dari para pendatang yang datang dari berbagai daerah masyarakat mulai mengenal tulisan. Dari huruf arab yang dibawa oleh pendatang dari dunia kawasan arab, beberapa penduduk pribumi mulai mencoba menulis beberapa karya mereka menggunakan huruf arab dengan bahasa melayu. Inilah yang kemudian kita kenal dengan aksara jawi.
Diantara karya yang ditulis menggunakan aksara ini adalah Hikayat Raja Pasai yang mana bagian awal teks ini mulai dituli sekitar tahun 1360 M. Aksara kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdul Rauf Singkil untuk menuliskan buku-bukunya.
Kerajaan pasai juga mempunyai jaringan dengan kerajaan-kerajaan lain seperti ke daratan Cina, dari sumber Cina memang pernah disebutkan bahwa utusan kerajaan Pasai pernah mengirim upeti. Dari sumber lain juga ditemukan bahwa Sultan Pasai pernah mengirimkan upeti ke daerah Quilon di daerah India Barat pada tahun 1282 M. hal ini membuktikan bahwa Kerajaan Pasai sudah memiliki jaringan yang luas dengan kerajaan luar.

III.   AKHIR PEMERINTAHAN.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai. Yang pertama adalah faktor Internal, pada akhir-akhir masa pemerintahannya terjadi perang saudara.
Sedangkan faktor kedua adalah faktor eksternal. Pada tahun 1331 M Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit oleh Raja Tribuana Tunggadewi. Dengan Sumpah Palapa yang pernah diucapkannya, maka Gajah Mada menggempur Samudra Pasai yang maju pesat dan beragama islam. Pada tahun 1350 M Gajah Mada berhasil menduduki Kerajaan Samudra Pasai.
Selain dari dua faktor di atas, juga terjadi perbedaan pendapat perihal runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai. Prof. Dr. Musrifah Sunanto dalam bukunya yang berjudul Sejarah Peradaban Islam meyebutkan bahwa Kerajaan Samudera Pasai runtuh akibat serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1350 M lalu digantikan oleh Kerajaan Malaka sampai akhirnya dihancurkan oleh Portugis.(2007:24).
Sedangkan Dr. Badri Yatim, M.A dalam buku yang ditulisnya Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II yang dikutipnya dari Taufik Abdullah (Sejarah Umat Islam Indonesia)  disebutkan bahwa kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M setelah tahun 1521 M diduduki oleh Portugis. Selanjutnya Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam Yang berpusat di Banda Aceh (2010:208).


DAFTAR PUSTAKA

Soekmono, 2006. Sejarah Pengantar Kebudayaan Indonesia 3, Yogyakarta : Kanisius
Sunanto, Musyrifah, 2007. Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Press
Yatim Badri, 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Rajawali Press
http://aneukagamaceh.blogspot.com/2009/01/kerajaan-samudera-pasai-aceh.html
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Samudera_Pasai&action=edit
http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/kerajaan-samudra-pasai.html
http://yudatfort814.blogspot.com/2012/01/ketika-kerajaan-samudera-pasai.html
 

 

Continue reading Sejarah Singkat Kerajaaan Islam Samudera Pasai